oleh

Kasus Covid-19 Semakin Meningkat

RSUD dr Doris Sylvanus Terancam Kehabisan Tempat Tidur

PALANGKA RAYA – Pandemi global Covid-19, sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Bahkan hingga 11 Juni 2020, total pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Kalteng terus meningkat menjadi sebanyak 550 orang.

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 (GTP2C-19) Kalteng yang diterima awak media, Jumat (12/6/2020), Palangka Raya menduduki urutan pertama kasus pasien terkonfirmasi positif terbanyak, disusul Kapuas pada urutan kedua yang menjadi penyumbang angka positif terbanyak. Tercatat, di Palangka Raya 187 orang atau 34 persen, Kapuas sebanyak 106 orang atau 19 persen.

Baca Juga :  DPRD Kotim Minta Penegak Hukum Tindak Tegas Pelaku Ilegal Mining

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalteng Suyuti Syamsul dalam rilisnya, menyatakan, semakin meningkatnya kasus Covid-19, menimbulkan permasalahan baru dalam penanganan Covid-19. Sebab daya tampung di setiap Rumah Sakit Rujukan di Kalteng semakin menipis, utamanya pada RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya, yang terancam kehabisan tempat tidur untuk pasien Covid-19.

Baca Juga :  Pembangunan Kawasan Shrimp Estate untuk Pulihkan Perekonomian di Tengah Pandemi

Pasalnya sampai saat ini, tersisa hanya 4 buah tempat tidur untuk pasien Covid-19. Padahal di RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya beserta perluasannya di Asrama BPSDM Kalteng, disiapkan sebanyak 196 tempat tidur.

“Perkiraan dalam 1 sampai 2 hari ke depan, di RSUD dr Doris Sylvanus akan kehabisan tempat tidur. Di sisi lain, Doris Sylvanus tidak mungkin mengosongkan tempat tidur untuk pasien selain Covid-19,” ujarnya.

Baca Juga :  Bupati Lamandau Tutup Pelaksanaan BBGRM Ke XIX

Tingginya pemakaian tempat tidur pasien Covid-19, memiliki masa perawatan pasien menjadi sangat panjang. Jika penyakit lain, rata-rata hanya 3 sampai 5 hari, sedangkan Covid-19 rata-rata 25 hari. Akhirnya, pasien menumpuk karena lambat keluar dari perawatan.

Lamanya penyembuhan, lanjut Suyuti, karena sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar tepat untuk terapi pasien. Tidak adanya obat yang pasti, menyebabkan angka kematian bagi pasien dengan co-morbid menjadi sangat tinggi. (red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA