oleh

Pemkab Lamandau Gelar Festival Babukung

NANGA BULIK – Pemerintah Kabupaten Lamandau menyelenggarakan Festival Babukung. Kegiatan tersebut tidak hanya mendapat atensi masyarakat di Bumi Bahaum Bakuba, namun wisatawan pancanegara.

“Festival Babukung kali ini dilaksanakan mulai tanggal 11 hingga 13 Oktober 2019 mendatang. Dipastikan kegiatan ini mampu memikat ribuan pengunjung,” kata ketua panitia pelaksana Frans Evendi di Nanga Bulik, Jumat (11/10/2019).

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lamandau menjelaskan, babukung menjadi salah satu festival yang secara resmi menjadi agenda Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI, untuk dapat masuk dalam kalender of even. Sehingga secara rutin pelaksanaannnya dapat berjalan setiap tahun yang menjadi salah satu potensi pariwisata Lamandau, dan umumnya Kalteng.

Baca Juga :  Ratusan Ribu UMKM di Kalteng Sangat Memerlukan Sinergis Semua Pihak

Festival tersebut sangat menjanjikan untuk dipromosikan kepada semua khalayak, khususnya wisatawan mancanegara.

“Jumlah wisatawan dalam menyaksikan Festival Babukung di Lamandau ini sangat luar biasa,” ujar Frans.

Festival babukung ini, tambah dia, setiap tahun perlu direspon agar pelaksanaan event ini bisa terus berkembang. Terutama upaya bersama untuk melakukan promosi demi membangkitkan minat wisatawan datang berkunjung menyaksikan Festival Babukung tersebut.

Baca Juga :  Kagama Kalteng Salurkan APD ke Pusat Pelayanan Kesehatan

“Festival Babukung ini merupakan salah satu kearifal lokal sekaligus budaya yang hanya dimiliki masyarakat suku Dayak Tomun. Acara menari menggunakan topeng dengan jumlah peserta yang sangat banyak hanya dilaksanakan di dua negara, yakni di Kabupaten Lamandau Negara Indonesia dan Afrika,” kata dia.

Baca Juga :  Pj Bupati Katingan Tinjau Realisasi Pembangunan di Kecamatan Mendawai

Ia berharap, dengan digelarnya kembali Festival Babukung tahun 2019 bisa menjadi event yang sangat unik. Karena acara ini diangkat dari proses ritual kematian suku Dayak Tomun. Apabila seseorang meninggal dunia, maka keluarga dan kerabat menari-nari menggunakan topeng yang disebut dengan luha. Sedangkan penari disebut dengan bukung. (red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA