PALANGKA RAYA – Inflasi di Kalteng pada bulan Oktober 2019 tercatat sebesar 0,48 persen. Jumlah itu meningkat dari capaian bulan September 2019 yang mengalami deflasi -0,07 persen. Capaian tersebut sedikit lebih tinggi dibanding capaian pada bulan Oktober 2018 yang mengalami inflasi 0,19 persen.
“Secara nasional, capaian inflasi Kalteng lebih tinggi dari capaian nasional yang mengalami inflasi 0,02 persen,” ungkap Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah Provinsi (TPID) Kalteng, Setian di Palangka Raya, kemarin.
Inflasi di bulan Oktober 2019 tersebut didorong oleh kelompok harga bergejolak (volatile food), seperti komoditas daging ayam dan cabai merah, harga yang diatur pemerintah (administered price) seperti rokok kretek dan angkutan udara, kenaikan harga emas dunia dan barang-barang ritel impor dunia.
Untuk inflasi tahunan Provinsi Kalteng pada Oktober 2019, tercatat 2,57 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian inflasi tahunan September 2019 sebesar 2,27 persen. Namun lebih rendah dari capaian Oktober 2018 sebesar 4,17 persen. Capaian ini juga lebih rendah dibandingkan dengan nasional pada Oktober 2019 yakni sebesar 3,13 persen.
“Sedangkan untuk Indeks Harga Konsumen (IHK) di Palangka Raya pada Oktober 2019 tercatat mengalami inflasi sebesar 0,64 persen. Di Sampit inflasi tercatat sebesar 0,21 persen,” jelas Setian.
Pada September 2019 lalu, lanjutnya, Palangka Raya mengalami inflasi 0,05 persen, dan Sampit mengalami deflasi -0,26 persen.
“Secara tahunan, inflasi di Palangka Raya tercatat sebesar 2,68 persen, atau lebih rendah dibandingkan
tahun 2018 sebesar 3,38 persen. Sedangkan inflasi Sampit tercatat sebesar 2,37 persen, yang juga lebih rendah dibandingkan tahun 2018 sebesar 5,59 persen,” ungkap Deputi Kepala Perwakilan BI Kalteng ini.(red)
Komentar