PALANGKA RAYA – Wakil Ketua Majelis Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Syariefuddin Hasan dalam kunjungannya ke Kalteng, menyempatkan diri mengunjungi kampus Universitas Palangka Raya (UPR). Kunjungan Pejabat Tinggi Negara ini, disambut Rektor UPR Dr Andrie Elia SE MSi beserta jajaran dengan ritual adat Potong Pantan, Selasa (28/1/2020).
Di kampus terbesar dan tertua di Kalteng ini, kunjungan silaturahmi Syariefuddin Hasan dilakukan untuk menyerap aspirasi dan berdiskusi dengan seluruh Civitas Akademika UPR untuk menghidupkan kembali Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Dalam pertemuan tersebut, Rektor UPR Dr Andrie Elia SE MSi, mengutarakan jika UPR siap menjadi Perguruan Tinggi terdepan di Kalimantan, bahkan di tingkat nasional dan internasional. Terlebih pasca ditetapkannya Kaltim, sebagai Ibu Kota Negara baru Republik Indonesia.
Tidak hanya itu, Andrie Elia juga berkomitmen untuk menjalankan amanah Undang-Undang, menjadi UPR sebagai perguruan tinggi yang dipercaya masyarakat Indonesia. Selain itu, dia juga berkomitmen untuk mempersiapkan dan menciptakan sumber daya manusia yang handal, memiliki kompetensi, serta daya saing yang tinggi di tingkat lokal, regional, nasional, maupun internasional.
“Dalam rangka mewujudkan cita-cita besar itu, kami sangat memerlukan dukungan dari para pihak, khususnya pemerintah pusat. Tentunya dengan harapan, apa yang kami inginkan dapat diperjuangkan melalui MPR RI,” ungkap Ketua Harian DAD Kalteng ini.
Sementara usai pertemuan, Wakil Ketua MPR RI Syariefuddin Hasan, mengaku sangat mengapresiasi penyambutan yang dilakukan Rektor UPR beserta jajaran. Terlebih ritual penyambutan itu dilakukan dengan tata cara adat masyarakat Dayak Kalteng, dan dia merasa dianggap sebagai bagian dari masyarakat Dayak Kalteng.
“Namun yang pasti, kunjungan saya kemari terkait adanya wacana amandemen UUD 1945, dan berkenaan dengan menghidupkan kembali GBHN. Untuk itu, kami sangat memerlukan masukan dari seluruh rakyat Indonesia, termasuk para akademisi di UPR ini,” terang Syariefuddin Hasan. (red)
Komentar