oleh

Renovasi Gerbang Sahati Bakal Disomasi, Ini Penyebabnya

SAMPIT, inikalteng.com – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Piramida Pikiran Rakyat (PPR), Audy Valent, mengungkapkan pihaknya akan memantau pengerjaan Proyek Pintu Gerbang Tjilik Riwut, Gerbang Sahati di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim). Renovasi gerbang itu banyak menuai protes masyarakat, terutama ornamen yang melekat dan berbagai pernyataan dari Anggota DPRD Kotim tentang anggaran proyek tersebut. Jika pengerjaannya bertentangan dengan hukum, maka LSM PPR akan melayangkan somasi.

Menurut Audy, menyimak apa yang berkembang saat ini di media sosial (medsos) dan gunjingan masyarakat Kotim, hampir bernada sama yaitu protes dengan bahasa yang miring atas ornamen yang menghiasi pintu Gerbang Sahati di depan Stadion 29 Nopember Sampit.

“Pembicaraan yang lagi viral di medsos juga mendapat tanggapan para wakil rakyat Kotim yang menyebutkan proyek tersebut terkesan muncul secara siluman. Sebab, proyek itu tidak pernah dibahas di dewan dan tidak ada dalam penganggaran,” kata Audy di Sampit, Senin (6/9/2021).

Baca Juga :  Pengusaha Galian C Resmi Diminta Lakukan Eksploitasi

Begitu juga cuitan beberapa netizen di medos yang banyak mempermasalahkan lambang yang tidak sama sekali tidak mencerminkan Habaring Hurung serta identitas yang menonjolkan budaya Dayak. “Ornamen Dayak hampir tidak ada, yang ditonjol malah ornamen agama yang dinilai netizen bukan tempatnya,” ucap Audy.

Diungkapkan, hal yang ramai di medsos ini mendapat sorotan dari para aktivis LSM Kotim. Mereka menilai ornamen-ornamen itu memang tidak adil karena menonjolkan simbol yang tidak berimbang. Apakah ini ulah pihak yang mendesain atau ulah si pemesan yang sengaja mau menghapus simbol budaya secara pelan-pelan.

Baca Juga :  Kontraktor Pasar Expo Bakal Dilaporkan ke Institusi Penegak Hukum, PT HEJ Pilih Bungkam

“Seluruh Indonesia bahkan dunia pun tahu cerita Kota Sampit. Mestinya, di manapun ornamen-ornamen Dayak yang harus ditonjolkan. Bongkar saja dan ganti desainnya. Kalau perlu, 100 persen semua ornamen dan ukiran itu dibuat dengan motif Dayak. Ini untuk mempertegas jatidiri Kotim, dan agar semua orang tahu bahwa bumi yang dipijak saat ini adalah Bumi Borneo”  tegas Audy.

Terkait hal lain yang disebutkan wakil rakyat tentang adanya dugaan penyalahgunaan sistem penganggaran yang tidak jelas atas munculnya proyek siluman tersebut, kata Audy, mereka akan menelusurinya dan akan berkoordinasi dengan pihak penegak hukum. “Kita ingin tahu juga kaidah penganggaran yang bagaimana yang digunakan, sehingga muncul proyek ini. Apakah ada aturan baru tentang penggunaan uang negara yang tidak bertentangan dengan hukum, makanya pengerjaan proyek ini akan tetap kita pantau, dan pastinya kita akan lakukan somasi bilamana tetap dikerjakan sebelum semuanya jelas,” tutur Audy.

Baca Juga :  Kemampuan Akademis Tekon Harus Dihargai

Dia juga menyayangkan penggunaan anggaran itu dikucurkan kepada fasilitas yang tidak terlalu urgent, bahkan terkesan menghambur-hamburkan uang rakyat. Mengingat pemerintah kita saat ini kita sedang dalam krisis keuangan. Semestinya, sebelum menjatuhkan pilihan pada pengerjaan satu proyek yang tepat perlu dipikirkan dan diseleksi beberapa kali. Hal ini untuk memperoleh keputusan final agar tidak terkesan menghambur-hamburkan uang negara.

“Sebab, saat ini kita sedang sakit, kita sedang berada dalam krisis ekonomi yang parah. Perlu disaring dan ditampi dulu, agar pengganggaran mendapatkan hasil dan tujuan yang tepat sasaran,” pungkas Audy.(ya)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA