PELANTARAN, inikalteng.com – Kasus sengketa lahan antara Hok Kim alias Acen melawan Alpin cs yang lokasinya berada di Kilometer 7,5 Desa Pelantaran, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), baru-baru ini, sempat membuar masyarakat Desa Pelantaran merasa resah. Bahkan, hingga kini keresahan itu belum pudar, banyak warga yang masih merasa waswas.
Sebab, ratusan orang tak dikenal itu yang diduga dikerahkan oleh salah satu pihak yang bersengketa, datang secara tiba-tiba dan secara paksa memasuki lahan berisi kebun kelapa sawit dengan luasan sekitar 700 hektar tersebut.
Sugi, salah seorang warga yang tinggal di sekitar lahan sengketa tersebut mengungkapkan, massa yang datang tiba-tiba itu terjadi pada Rabu, 8 Februari sekitar pukul 18.00 WIB, hingga Sabtu, 11 Februari 2023.
“Kedatangan massa yang tiba-tiba saat menjelang malam itu membuat kami masyarakat Pelantaran yang sedang mengikuti pelatihan security sangat kaget. Karena tanpa ada pemberitahuan apapun sebelumnya, mereka langsung datang dan memaksa masuk ke areal kebun sawit,” ucap Sugi kepada wartawan, Selasa (14/2/2023).
Saat itu, tambahnya, memang ada kegiatan pelatihan Satpam untuk masyarakat Pelantaran di kawasan lahan yang menjadi sengketa antara pihak Hok Kim dan Alpin cs.
“Kami yang mendapat kabar tentu saja menduga ada penyerangan ke desa kami (Pelantaran, red). Karena kalau memang ada sesuatu yang ingin dilakukan, seharusnya ada pemberitahuan kepada tokoh atau aparat desa kami dan mereka akan didampingi, agar kami tidak salah duga,” jelasnya.
Menurut Sugi, untungnya saat itu masyarakat Pelantaran tidak terpancing dengan keberadaan massa yang diduga bermaksud menduduki lahan sengketa. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang bisa merugikan banyak pihak. Namun demikian, diharapkan aparat Kepolisian dapat mengambil tindakan guna mengungkap kejadian tersebut, agar tidak terulang lagi di kemudian hari.
“Kami meminta kepada pihak Kepolisian untuk mengusut keberadaan massa tersebut. Karena bukan tidak mungkin dan diduga ada oknum yang sengaja memprovokasi massa hingga bisa saja menimbulkan bentrok,” ucap Sugi.
Senada, Ketua RT setempat Arbani, berharap kejadian tersebut jangan sampai terulang lagi. Karena rawan menimbulkan konflik dan membuat masyarakat Pelantaran merasa cemas.
“Apalagi sempat beredar video di sebuah media online, seolah-olah terjadi bentrok, atau bisa saja ada oknum yang ingin mengambil keuntungan dari kasus sengketa tersebut,” kata Arbani, Selasa (14/2/2023).
Pihaknya selaku warga Pelantaran tidak memiliki kepentingan apapun dalam sengketa lahan tersebut. Yang jelas, mereka hanya ingin desa mereka aman, damai dan kondusif. “Jadi tolong kepada pihak berwenang untuk mengusut agar tidak terulang kembali, dan memberikan tindakan secara hukum. Kepada pihak yang bersengketa, kami minta untuk tidak menyudutkan dan melibatkan masyarakat Pelantaran,” tegas Arbani.
Dia mempersilahkan kedya belah pihak menyelesaikan sengketa lahan yang berada di Desa Pelantaran, tapi jangan sampai mengganggu kedamaian warga, atau mencoba-coba menghasut warga.
Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari pihak Kepolisian maupun para pihak yang bersengketa perihal kedatangan ratusan massa yang diduga menduduki lahan sengketa tersebut. Namun dari pantauan awak media, tampak masyarakat Desa Pelantaran yang berada di sekitar kawasan lahan sengketa masih bersikap waspada dan berhati-hati. (nl/red1)