oleh

Perekonomian Kalteng 2019 Terganggu Akibat Kabut Asap

PALANGKA RAYA – Bencana kabut asap yang melanda hampir di seluruh wilayah Kalteng dalam beberapa bulan terakhir, membawa dampak terhadap aktivitas perekonomian, khususnya di Palangka Raya. Dampak tersebut, antara lain berkurangnya jam kerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di sejumlah Pemerintah Daerah, berkurangnya aktivitas lalu lintas masyarakat yang terpantau di jalan, berkurangnya aktivitas jual beli, dan terganggunya aktivitas penerbangan pesawat udara.

Hal ini dipaparkan Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalteng, Rihando, dalam pers rilisnya yang diterima awak media, Minggu (6/10/2019).

Kabut asap di Kalteng beberapa waktu lalu sangat berpengaruh terhadap perekonomian Kalteng 2019

“Beberapa penerbangan dari dan ke Palangka Raya mengalami keterlambatan, dan pengalihan melalui Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Bahkan aktivitas di Bandara Tjilik Riwut sempat nyaris terhenti pada 15 sampai 17 September 2019. Di mana menurut informasi dari Angkasa Pura II Bandara Tjilik Riwut, hanya terdapat 2 sampai 4 penerbangan dari 24 penerbangan dari dan ke Palangka Raya pada tiga hari tersebut,” jelasnya.

Baca Juga :  Wagub Kalteng Tinjau Proyek Pembangunan Sarpras LPTQ

Jika dilihat dari kinerja sektor ekonomi utama Kalteng, kabut asap memberikan dampak terhadap produksi dan aktivitas pekerja meskipun masih relatif terbatas. Dari sektor pertanian tanaman perkebunan menurut informasi dari sejumlah pelaku usaha kelapa sawit, terjadinya kabut asap menyebabkan beberapa perusahaan harus mengalihkan sejumlah SDM-nya untuk ikut memadamkan titik api di sekitar perkebunan, agar tidak masuk ke dalam areal kebun perusahaan.

Hari kerja pegawai perusahaan perkebunan sawit juga mengalami penurunan. Karena banyaknya pegawai yang sakit dan tidak masuk akibat kabut asap. Tentunya, hal ini menyebabkan terdapat buah matang yang tidak ataupun telat untuk dipanen, dan berdampak terhadap turunnya kuantitas produksi.

Kabut asap juga mengganggu kelangsungan hidup hewan penyerbuk. Sehingga berpotensi memberikan dampak terhadap banyak bunga betina sawit yang tidak terpolinasi dengan baik, serta dapat memengaruhi produksi pada bulan-bulan berikutnya.

Sementara dari sektor pertanian tanaman bahan makanan, menurut informasi dari Dinas terkait, produksi beras mengalami gangguan sejak terjadinya bencana asap. Sejak kualitas udara semakin memburuk beberapa minggu terakhir, produksi beras harian tercatat menurun.

Baca Juga :  Wagub Kalteng Bersama Forkopimda Pantau Kesiapan Dini Posko Karhutla

Untuk tanaman hortikultura, produksinya juga terganggu, terutama komoditas bawang merah, cabai besar, dan cabai rawit. Akibat asap, tanaman tidak tumbuh dengan baik, daun-daunnya menjadi mengering dan keriting. Asap yang menutupi sinar matahari, juga membuat tanaman-tanaman ini kekurangan suplai sinar matahari. Sehingga lebih rentan terserang OPT (Organisme Pengganggu Tanaman).

Dari sektor jasa kesehatan, terjadi permintaan alat-alat kesehatan yang meningkat tajam sejak bencana asap terjadi, seperti masker, oksigen murni, dan multivitamin. Namun demikian, harganya cenderung stabil dan terjaga. Hal itu disebabkan harga barang yang sudah ditetapkan dari apotik pusat bagi apotik ritel cabang, dan adanya penetapan harga eceran tertinggi untuk beberapa jenis obat dan multivitamin.

“Sedangkan berdasarkan pemantauan, ditemukan pula pedagang yang justru memberi diskon pada masker dan tabung oksigen murni, dengan potongan harga atau promo pemberian masker gratis setelah pembelian masker atau tabung oksigen dalam jumlah tertentu,” kata Rihando.

Baca Juga :  Universitas Palangka Raya Launching Program Doktor Ilmu Manajemen dan Magister Akuntansi

Ditambahkan, dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), menurut informasi dari sejumlah hotel yang ada di Palangka Raya, kabut asap berdampak terhadap penurunan penjualan sekitar 25 persen untuk pemesanan individual, dan 50 persen untuk pemesanan grup dibandingkan dengan kondisi normal di bulan-bulan sebelumnya. Untuk sektor perdagangan (departement store), terjadinya kabut asap justru berdampak positif terhadap pertumbuhan penjualan, karena dari sisi lalu lintas konsumen juga mengalami peningkatan.

Selain itu, lalu lintas konsumen disinyalir merupakan perilaku masyarakat yang melakukan kunjungan ke toko untuk mendapatkan udara yang lebih segar dengan ketersediaan pendingin udara di toko.

Sedangkan dari sisi inventori, tidak terdapat hambatan dalam pengiriman barang via laut baik dari Jakarta maupun Surabaya.(red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA