SAMPIT, inikalteng.com – Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) Rudinur, meminta kepada seluruh perusahaan besar di yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, agar bisa menjaga dan merawat sungai yang berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit. Itu dilakukan, supaya sungai tidak mengalami kerusakan, sehingga perlu direstorasi.
“Aliran sungai itu mengalami sedimentasi, dan airnya menjadi keruh karena hutan di sekitarnya telah diganti dengan tanaman sawit. Ada juga yang tidak terawat dan tertutup semak-semak belukar, tentunya ada sebuah kerusakan ekosistem yang terjadi,” tutur Rudianur, di gedung Sekretariat DPRD Kotim, Jumat (16/6/2023).
Padahal, kata dia, keberadaan sungai sangat penting tidak hanya sebagai penunjang kehidupan penduduk, tetapi juga kelestarian lingkungan di sekitarnya. Namun di sisi lain perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan dengan massif, telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan di sekitar wilayah perkebunan itu sendiri.
Oleh karena itu, diwajibkan perusahaan untuk menjaga dan merawat sungai-sungai tersebut, jangan sampai tertutup alirannya dampak dari deforestasi hutan-hutan tropis, berkurangnya biodiversitas, dan berbagai dampak negatif lainnya seperti banjir.
“Salah satu dampak kerusakan lingkungan yang cukup menjadi sorotan adalah rusaknya aliran sungai alami, yang berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit. Perambahan hutan oleh perkebunan kelapa sawit, menjadi faktor utama yang merusak ekosistem aliran sungai,” ungkapnya.
Tidak itu saja, penggundulan hutan yang diganti dengan tanaman sawit, menyebabkan sungai kehilangan dukungan dari tanaman hutan heterogen yang sangat berguna bagi ekosistem. Selain itu, juga menyebabkan pendangkalan hebat akibat sedimentasi, yang bahkan dapat mengubah aliran air sungai.
“Kuncinya adalah menyadarkan para pekebun tentang hal itu, agar mereka mau menyediakan sekitar lima meter lahan di sekitar aliran sungai untuk proyek restorasi. Lahan tersebut bisa ditanami dengan tanaman karet, yang dinilai berfungsi bagi upaya restorasi sungai. Tanaman karet dipilih, karena dapat menciptakan heterogenitas yang lebih baik dari sawit, selain memberikan nilai ekonomi bagi pekebun,” tutup Rudianur. (ya/red2)
Komentar