SAMPIT – Sejumlah permukiman warga di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), kini terendam air akibat hujan lebat pada Minggu (31/1/2021) malam hingga Senin (1/2/2021) subuh. Salah satu permukiman warga di Sampit yang terendam, yaitu Jalan Nyai Enat dan Jalan Barito RT 73/RW 90 Kelurahan Mentawa Baru Hilir, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Genangan air dengan ketinggian mencapai selutut orang dewasa tersebut, diduga terjadi lantaran tersumbatnya aliran air di sekitar permukiman warga.
“Warga di permukiman tersebut mengeluh tidak bisa beraktivitas di luar rumah, karena ketinggian air mencapai selutut kaki. Genangan air ini diakibatkan oleh saluran air atau sungai kecil di daerah tersebut tidak bisa berfungsi dengan baik. Banyak rumput yang tumbuh di sungai itu, hingga menghalangi air mengalir. Ini harus menjadi perhatian pihak instansi terkait,” ujar Anggota DPRD Kotim dari Daerah Pemilihan (Dapil) I Kecamatan Mentawa Baru Hilir, M Kurniawan Anwar di Sampit, Senin (1/2/2021).
Diungkapkan, bahwa sebelumnya warga memang pernah bergotong royong membersihkan sungai tersebut, tetapi hasilnya masih kurang efektif. Karena itu, diminta agar Pemkab Kotim melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kotim dapat membantu dengan menurunkan alat berat untuk mengatasi kebuntuan saluran air di daerah tersebut dan di sejumlah titik permukiman dalam Kota Sampit, terutama di daerah-daerah perumahan yang terendam banjir.
“Dalam beberapa hari ini, intensitas hujan semakin meningkat. Sehingga perlu adanya kebijakan khusus untuk mencegah terjadinya banjir di daerah permukiman yang kerap terendam air hujan tersebut, seperti pembersihan saluran air yang buntu dengan menurunkan alat berat agar lancar,” ucap Kurniawan.
Menurut Politisi Partai Amanat Nasional ini, kalau sungai kecil itu hanya dibersihkan secara manual, maka akan sulit dilakukan. Karena saluran itu ada yang tertutup oleh material atau akar kayu. Sehingga harus diturunkan alat berat, agar mudah melakukan normalisasi dan membongkar material atau akar kayu yang biasanya membuat jalur aliran air tertutup.
“Dikhawatirkan kalau curah hujan di daerah ini cenderung terus meningkat, bahkan dalam sehari bisa dua kali turun hujan, maka akan terjadi banjir. Hal itu tentu sangat meresahkan bagi warga,” kata Kurniawan.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kotim ini juga mengatakan, penyebab banjir di permukiman itu sendiri, di antaranya karena memang merupakan daerah dataran rendah. Selain itu, tersumbatnya drainase untuk pembuangan air ketika hujan.
Saat ditanya terkait program pengentasan banjir dan normalisasi drainase dalam Kota Sampit, menurut Kurniawan, program itu hanya dilakukan sebatas untuk daerah-daerah tertentu saja. Sedangkan untuk areal permukiman yang hingga saat ini masih banyak yang terendam air, belum pernah disentuh.
“Kalau proyek multiyears drainase di Jalan Ahmad Yani dan MT Haryono itu, bukan menyelesaikan persoalan yang dikeluhkan warga selama ini. Yang seharusnya dilakukan normalisasi, adalah di daerah-daerah saluran pembuangan buntu dan dangkal yang selama ini mengakibatkan aliran air tidak lancar,” tuturnya. (red)
Komentar