PALANGKA RAYA – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalteng menyebut, pada 2019 ekonomi provinsi ini diprakirakan tumbuh lebih baik dibandingkan 2018, yakni kisaran pertumbuhan 6,0-6,4 persen (yoy).
Pertumbuhan itu tercermin dari membaiknya beberapa indikator ekonomi, antara lain pertumbuhan ekonomi yang meningkat, inflasi yang rendah dan stabil, serta intermediasi perbankan yang terjaga dengan pertumbuhan kredit yang tetap kuat di tengah melambatnya volume perdagangan dunia, dampak dari ketidakpastian ekonomi global.
“Pertumbuhan ekonomi Kalteng tahun 2019, didorong oleh stabilnya permintaan domestik, yang didukung terjaganya produksi dan distribusi sejumlah barang konsumsi,” tutur Deputi Kepala BI Perwakilan Kalteng Devy Ika Puspitosari didampingi sejumlah pejabat BI Kalteng, dalam rilis bulanan BI Kalteng kepada wartawan, Jumat (10/1/2020).
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Kalteng juga disebabkan peningkatan kinerja konsumsi, baik swasta maupun pemerintah, perbaikan kinerja lapangan usaha pertambangan batu bara (dampak membaiknya debit air Sungai Barito), dan produktivitas tanaman kelapa sawit yang tetap terjaga, menjadi beberapa faktor yang memengaruhi pertumbuhan pada 2019.
Kemudian jika ditinjau dari sisi realisasi inflasi Kalteng pada 2019, berada pada level rendah sebesar 2,45 persen (yoy), atau lebih rendah dibandingkan capaian 2018 sebesar 4,52 persen (yoy).
Rendahnya tekanan inflasi 2019 tersebut, dikarenakan terjaganya pasokan sejumlah komoditas strategis dan relatif stabilnya kenaikan harga komoditas yang diatur pemerintah.
“Kalau di sisi intermedasi perbankan, relatif terjaga dengan risiko kredit yang menurun. Kredit tumbuh tetap kuat, didorong oleh kredit investasi,” terangnya.
Secara lokasi proyek, lanjut Devy, tercatat risiko kredit atau NPL pada November 2019 sebesar 1,57 persen, atau lebih rendah dibandingkan posisi 2018 sebesar 1,60 persen. Sedangkan kredit, tumbuh kuat sebesar 7,89 persen (yoy) pada November 2019, yang didorong kredit investasi tumbuh sebesar 10,56 persen (yoy). (red)
Komentar