oleh

Ini Dua Strategi Mencegah Radikalisme

KASONGAN – Kapolres Katingan AKBP Andri Siswan Ansyah menyebutkan, ada dua strategi jitu yang dapat dilakukan untuk mencegah paham radikal yaitu dengan sikap kontra radikalisasi dan sikap deradikalisasi.

Hal ini disampaikan Kapolres Katingan AKBP Andri Siswan Ansyah melalui Kasat Binmas Polres Katingan, AKP Volvy Apriana, dalam Focus Discussion Group (FDG) di Aula Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Katingan, Rabu (26/2/2020) pagi.

Dijelaskan, strategi pertama kontra radikalisasi yaitu upaya penanaman nilai-nilai ke Indonesiaan serta nilai-nilai norma kekerasan dalam proses yang strategi ini dilakukan melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal.

Baca Juga :  Apresiasi PBS Peduli Terhadap Masyarakat

“Strategi kontra radikalisasi diarahkan kepada masyarakat umum melalui kerja sama dengan tokoh agama, tokoh pendidikan, tokoh masyarakat tokoh, adat dan tokoh pemuda serta stakeholder lainnya dalam memberikan nilai-nilai kebangsaan itu sendiri,” jelas Volpy.

Strategi kedua, lanjutnya, deradikalisasi ditunjukkan pada kelompok simpatisan pendukung inti dan militan yang tujuannya agar kelompok inti militer atau simpatisan dan pendukung mau meninggalkan cara-cara kekerasan dan teroris dalam memperjuangkan misinya.

Baca Juga :  Rumah Dinas Guru Wilayah Pelosok Masih Perlu Perhatian

Kemudian, memodernisasi paham-paham radikal yang sejalan dengan semangat kelompok Islam moderat dan cocok dengan misi-misi kebangsaan yang memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dia menambahkan, ada beberapa ciri yang bisa dikenali dari sikap dan paham radikalisme yaitu yang, intoleran artinya tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan orang. Fanatik, selalu merasa benar terhadap dirinya sendiri dan menganggap orang lain salah dan eksklusif, yaitu membedakan diri dari umat umumnya kemudian revolusioner yang cenderung menggunakan cara-cara kekerasan untuk mencapai suatu tujuan.

Baca Juga :  Calon Kades Diminta Kedepankan Etika dan Moralitas

“Memiliki sikap dan pemahaman radikal tidak saja masih menjadikan seseorang itu terjerumus dalam paham dan aksi terorisme. Ada faktor lain yang memotivasi seseorang bergabung dalam jaringan terorisme dan sikap dan pemahaman yang radikal tersebut, serta dimotivasi oleh berbagai faktor diatas seringkali menjadikan seseorang memilih untuk bergabung dalam aksi dan jaringan radikalisme yang mengarah kepada terorisme,” pungkasnya. (red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA